Pages

Jan 20, 2015

Bekal

Bismillah

Assalamualaikum...

Terlahir di keluarga muslim, hidup serba berkecukupan. Apa-apa serba cukup. Pangan, sandang, papan, pendidikan, cukup. Hidup lempeng-lempeng saja, kadang bahagia dan terkadang menangisi yang tiada berguna. Berfikir sudah mengerti dunia. Tapi apa kata dunia? Kamu belum belajar apa-apa. glek!

Beberapa waktu lalu, seorang teman selalu bercicitcuit di akun medsosnya tentang mengumpulkan bekal. Waktu itu saya selalu berfikir yang dia maksud dengan mengumpulkan bekal adalah ilmu pengetahuan tentang Islam, karena memang dia juga memegang akun tentang syiar islam kurang lebih begitu.

Kemudian, beberapa minggu terakhir ini, dimulai dari iseng mencari lagu-lagu islami yang berbahasa arab/inggris di medianya mamas yucup, lalu terdampar pada video-video yang bukan lagu sama sekali isinya dan kebanyakan berbahasa inggris. Dengan bahasa inggris terbata-bata coba mengartikan apa isi video-video yang merupakan video dakwahnya para bule pakle sana. 

Dari video-video itu, yang awalnya saya fikir hidup sudah berkecukupan, ternyata kosong. Nggak bersyukur ya? Bukan, hanya saja ada bagian yang terasa kosong. Yang saya fikir, saya benar-benar percaya Allah, nol sama sekali. Jika saya percaya Allah, harusnya saya juga percaya bahwa suatu saat nanti akan ada masa di mana saya akan mempertanggung jawabkan apa saja yang sudah saya lakukan di dunia di hadapanNya, harusnya juga persiapkan apa yang akan saya sampaikan pada saat itu. Ini yang dimaksud teman saya dengan "mengumpulkan bekal". Bekal apa yang sudah dipersiapkan jika sampai di hadapanNya? Yang baik kah? Atau keburukan kah?

Ih kok serem sih hari gini ngomong beginian?
Seperti kata bang Andre Taulani, "kiamat sudah dekat bro!"
Lagi-lagi balik ke "bekal apa yang sudah disiapin?" Karena kita tidak akan pernah tahu batas kontrak kita dengan Allah sampai kapan di dunia ini, dan jika ditilik kembali ke masa-masa yang sudah terlewati apakah yang terlihat banyak keburukan atau kebaikan hanya diri sendiri yang bisa menilainya.

Jika saya melihat ke belakang, duh sungguh saya adalah orang yang merugi. Tak punya bekal sama sekali yang bisa dibanggakan. Jadi orang baik "secukupnya". Shalat "secukupnya" tanpa tau makna bacaan shalat itu apa, baca Quran "secukupnya" tanpa memahami Quran itu sendiri pokoknya kelar target wes beres. Kata ustadh Nouman Ali Khan " kamu tidak akan menguap saat shalat jika kamu tahu paham arti bacaan dalam shalat", dan seorang hafizd berkata "kenapa kamu tidak menangis saat membaca Quran?". Padahal pada zaman Rasulullah pernah ada dari kaum Quraisy yang begitu membenci Rasul, yang menantang Rasulullah untuk berdebat dan ketika orang Quraisy itu selesai berbicara, Rasul hanya melafalkan Quran sampai selesai dan orang Quraisy itu menangis mendengarnya dan pergi. 

Ya, dari kecil diajari iqro kemudian baca Qurannya, sekarang menghafalnya tanpa tahu arti dan maknanya. Hayo cung, siapa yang juga begitu?? Membaca dan menghafal.
Lalu apa hubungannya dengan bekal tadi?
Hmmm... Jika di dalam Quran termuat semua tentang seluruh aspek kehidupan, lalu kenapa tidak belajar dari isi Quran itu sendiri tentang kehidupan? 
Jika paham apa isi Quran, tinggal melakukan sesuai isi Quran tadi. Jika sudah praktek isi Quran, sedang Quran itu adalah perkataan Allah langsung, berarti....??? 
Bekal apa lagi yang diperlukan jika semua yang kita lakukan sesuai isi Quran?

Tapi Quran itukan bahasa Arab, susah belajarnya!
Allah kata
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk mengingatKu" (QS 54:17)
Allah sendiri yang kata kan? Masih sulit juga, lanjutkan saja biar Allah yang mudahkan, karena umatnya berusaha untuk mengingatNya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasanya ada yang kurang jika terus-menerus membaca Quran tapi tak paham maksudnya, shalat tapi hanya sekedar kewajiban tanpa memahami apa bacaan yang dibaca. Kenapa tak sekalian memahami? Pasti rasanya akan berbeda sekali ya... Dan terkadang saya marah pada diri sendiri pada saat shalat tapi tak paham apa yang saya baca. Jika kita paham Quran yang merupakan pesan dan mukjizat dari Allah, praktek di kehidupan sesuai Quran, bekal kita saat menghadapNya tercukupi insha Allah. Asal niatnya belajar memahami Quran hanya untuk mengingat Allah semata.

Saya menulis ini bukan berarti saya sudah bisa bahasa Arab, saya mengerti dan sebagainya. Belum, belum ada bahkan sekatapun kosakata Arab yang saya pelajari. Saya menulis ini, untuk mengingatkan diri saya sendiri, dan sebagai penyemangat diri sendiri untuk belajar bahasa Arab yang merupakan bahasa Quran. Karena sungguh setan itu banyak caranya untuk melalaikan, untuk mengalihkan. Sayapun masih suka teralihkan. Dan inilah sebagai pengingat saya jika saya ingin belajar dan QS 54:17 adalah pengingat akan janjiNya. Semoga saya, anda yang membaca, kita bisa mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya saat menghadapNya nanti, insha Allah, salah satunya dengan belajar memahami pesan dan mukjizat dari Allah, Al Quran.

Kebenaran hanya milik Allah semata dan saya adalah gudangnya salah..
Semoga Allah bersedia ampunkan kesalahan saya....aamiin (aamiin kan yaaa...)




Wasalamualaikum....

Jan 16, 2015

Sehari tanpa smartphone

Bismillah...

Assalamualaikum...
Smartphone, barang yang saat ini hampir tak pernah lepas dari pikiran, pandangan dan tangan. Pikiran dan pandangan ikut juga? Iya, karena walaupun tangan tak memegang smartphone, saat tak bisa memegang tapi mata dan pikiran sering tertuju pada smartphone. Duh ada yang bbm nggak ya, ada yang ngetweet nggak ya, ada wa baru nggak ya dan berbagai alasan lainnya yang membuat pikiran dan padangan tak lepas pada barang satu itu.

Smartphone memang barang yang sangat penting untuk saat ini. Tidak hanya sekedar alat untuk berSMS dan bertelepon ria, untuk ajang narsis upload foto di berbagai media, curcol atau curjangbar (curhat panjang lebar, hehe... *bukan saya), ajang pamer lagi di mana, tempat mencari pengetahuan dari yang nyata sampai ghaib (ada-ada aja), untuk berbisnis, untuk berbagi pengalaman, pesan moral agama atau pengetahuan melalui twitter facebook atau foto di instagram, dan sebagainya masih banyak lagi sebenarnya bahkan dipakai untuk mengajipun ada menggunakan Quran digital karena malas bawa Quran yang bentuk buku katanya, smarthphone lebih praktis. Tak dipungkiri, smartphone sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

Memang smartphone sangat penting, sangaaaaatt terutama untuk yang bisnisnya online, sebentar-sebentar lihat handphone tak bisa lepas. Tdak cuma pebisnis online, yang sibuk katanya rapat tak bisa datangpun bisa sibuk terus koordinir melalui BBM, WA, atau Line pada anggota rapatnya. Tak cuma itu saja, anak ABG pun tak bisa lepas entah itu sekedar chitchat dengan teman-temannya atau lihat newsfeeds habiskan waktu lama, masih anak ABG, anak UMUR 3 TAHUN tak bisa lepas dari handphonenya hanya untuk main game yang menghabiskan waktu berjam-jam sampai baterei handphonenya habis.

Sepenting itu kah smartphone?

Saat waktu dihabiskan hanya untuk chitchat yang kadang mungkin bukan hal begitu penting.
Saat waktu dihabiskan hanya untuk mencari materi terus menerus.
Saat waktu dihabiskan hanya untuk melihat recent update orang-orang yang bahkan tidak ada manfaatnya dalam status itu.
Saat waktu dihabiskan hanya untuk main game yang katanya melatih otak tapi tak kenal batas waktu, apakah itu melatih otak. Jika hanya otak yang dilatih untuk masa depan di dunia nyata, pernah kah terfikir untuk melatih sesuatu yang akan dibawa ke akhirat kelak?
Yang katanya mendekatkan yang jauh, tapi saat bertemu justru lebih banyak bercengkerama dengan smartphonenya daripada berbicara dengan orang yang nyata ada di hadapannya.

Pikirkan lagi.

Sepenting itu kah?

Kalau pada saat chitchat bersama teman bisa panjang lebar, tapi saat bertemu hanya asik main smartphone, smartphone TIDAK PENTING! kenapa? karena kita kehilangan kesempatan untuk menjalin silaturahmi lebih erat pada saat pertemuan terjadi.
Kalau selalu pegang smartphone entah untuk bisnis atau lihat recent update sampai lupa sedang di dalam rapat, sedang ada kumpul keluarga, sedang dalam majelis ilmu, maka smartphone TIDAK PENTING! kenapa? karena kita akan melewatkan momen-momen yang mungkin tidak akan terulang lagi, ilmu yang berharga, pengalaman organisasi yang nyata.
Kalau main game sampai lupa waktu, maka smartphone TIDAK PENTING! kenapa? Masih banyak hal yang bisa dilakukan mengisi waktu luang yang banyak dengan hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Karena hidup bukan melulu di dunia. Bekal apa yang sudah dipersiapkan untuk menghadapNya di padang Mahsyar nanti?
Kalau anak kecil tak bisa lepas jauh dari gadget/smartphonenya pada saat waktunya shalat atau belajar mengaji, buang jauh-jauh itu smartphonenya. Kenapa? karena jika dia lebih ingat tokoh kartun dan alur game daripada huruf hijaiyah cikal bakal dia memabaca Quran atau melewatkan kesempatannya bermain sepeda-sepedaan, berlari-lari dengan teman sebayanya, maka selamat, kita baru saja merusak masa depannya.


Coba, 1 hari saja tanpa smartphone. Habiskan waktu untuk bercengkerama dengan keluarga, mengajari adik-adik permainan yang mengasah otak dan saraf-saraf motoriknya. Lebih banyak membaca buku atau Quran. Memasak. Membersihkan rumah. Bertemu dengan teman dan mengobrol tanpa menyentuh handphone (HP), karena pertemuan lebih banyak makna daripada sekedar bercengkerama di dunia maya yang entah yang sejujurnya atau sekedarnya, tiada yang bisa menduga. Karena saat bertemu, raut wajah, senyum, ekspresi mata, bahasa tubuh nyata adanya.
Jika tidak bisa sehari, cobalah 6 jam. Jika tidak bisa, 3 jam saja. Tidak bisa juga? baca Quran 1 jam. Masih tidak bisa lepas dari handphone? 1 menit saja untuk istighfar.

Sepenting itukah smartphone bagi hidupmu?

Seketergantungan itukah dirimu dengan alat yang bernama smartphone?
Hingga bisa melewatkan masa-masa yang tidak mungkin terulang. Waktu bersama keluarga, teman yang benar-benar peduli, kesempatan memperbaiki masa depan adik-adik kecil yang asik dengan gadgetnya. Atau kita yang malah melewatkan masa depan kita sendiri yang katanya ingin masuk surgaNya tapi saat azan berkumandang masih asik dengan HP. Yang katanya ingin jadi penghafal Quran tapi selesai shalat antara Quran dan HP yang tergeletak, HP lebih dulu diraih daripada Qurannya. Yang katanya mau jadi penghafal Quran, lah baca recent update orang lebih lama daripada baca Quran. Gimana mau masuk surga? Gimana mau jadi penghafal Quran? Gimana mau jadi orang yang lebih baik?
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri." (Ar-Ra'd : 11)

Tulisan ini hanya pengingat untuk siapa saja yang membacanya dan juga yang membuat tulisan ini, yang masih sukar lepas dari smartphone dan gadget lainnya.
Semoga hari ini Quran lebih banyak kita pegang atau baca ketimbang chatchitchut di BBM, WA, Line atau hanya melihat recent update.

Kebenaran hanya milik Allah semata dan saya tempatnya salah.
Wassalamualaikum....

Jan 12, 2015

Bagaimana Buktikan?

Bismillah..

Assalamualaikum...




Entah sudah berapa kali melihat video ini, sembari terus memperbaiki artian dengan english yang belepotan, but i try. Dan tiap kali  melihat video ini, tiap kali juga rasanya wajah ini ditampar begitu kerasnya.
Allah begitu cinta pada hambanya.
RasulNya pun begitu mencintai ummatnya yang belum pernah ditemuinya.
Rasanya malu sekali tiap diri ini berkata, memajang foto profil atau posting foto di berbagai medsos bertuliskan "I love Allah", "I love Muhammad saw", "I'm proud be Muslim", tapi belum ada apapun yang diri ini lakukan untukNya dan kekasihNya. 

Bagaimana buktikan cinta itu? Apa yang bisa dilakukan? Melanjutkan dakwah orang mulia yang begitu dicintai, Muhammad saw.
"Dan hendaklah di antar kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, meyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran ; 104)
See, Allah pun pinta untuk lakukan apa yang kekasihNya lakukan berabad silam. DAKWAH. Dan yang lakukan itu adalah orang-orang yang beruntung. Tak maukah jadi salah seorang yang beruntung itu?

Tapi, tidak bisa dipungkiri pikiran negatif selalu berbarengan dengan hal positif. Rasa ketidakmampuan untuk melakukan dakwah karena pengetahuan tentang Islam yang kurang, tidak memiliki kemampuan komunikasi yang cakap, perasaan tidak bisa dan sebagainya akan selalu hadir. Tapi Rasul sudah tunjukkan contohnya, bahwa selalu selalu berpikiran POSITIF akan segala hal. Dan Allah katakan
"Kamu (umat Islam) adalah umat TERBAIK yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imran : 110).
Allah katakan kamu adalah terbaik. TERBAIK. Tidak ada alasan lagi. Jika pikiran negatif selalu datang, HARUS selalu INGAT orang mulia hingga akhir zaman Rasul Allah Muhammad saw selalu berpikiran POSITIF.

Lakukan tanpa tapi dan nanti. SEKARANG.
Insha Allah BISA, luruskan niat LILLAH.
Jika dipikir terlalu banyak dosa sehingga rasa tak layak lakukan kebaikan, mohon ampun padaNya dan biarkan Dia yang menilainya, yang penting BERGERAK SEGERA lakukan pintaNya menyeru pada kebajikan walau baru bisa sebesar biji zarrah.

Allah tak pernah tidur. Allah selalu memperhatikan.

Tulisan ini sebagai pengingat diri ini yang begitu banyak dosa yang belum lakukan apa-apa untukNya.
Kesempurnaan hanya milik Allah semata dan saya tempatnya salah yang begitu banyaknya.
Semoga Allah ampunkan segala kesalahan saya. Aamiin

Wassalamualaikum...


Jan 7, 2015

Katanya Cinta

Bismillah

Assalamulaikum....

Cek cek...
Mana yang katanya suka bilang cinta? :)

Katanya cinta..
Tapi, tiap panggilannya menyapa dalam 5 waktu tak bersegera pergi menghampiriNya
Katanya cinta...
Tapi bangun pagi yang pertama sosmed di handphone dan lapie yang disapa
Katanya cinta...
Tapi surat cinta kekal hingga akhirat sana tak pernah dibaca

Ya katanya cinta...
Tapi tidak tahu apa-apa tentangNya. Tuk mencaripun kau kata sibuk tak ada waktu untuk membaca. Banyak alasan kau pakai tiada guna.
Ya katanya cinta...
Kala susah terhimpit beban hidup di pundak, lelah cari solusi tiada tercerah kau datang adu padaNya. Lalu saat bahagia terasa dimana kau ucap syukurmu untukNya?
Ya katanya cinta...
Saat kewajiban dan sunnah kekasihNya kau jadikan bahan olok-olok, masih bisa kau katakan kau cinta padaNya?

Mudah ya berkata cinta, yang menulis inipun terkadang lupa kalau cinta harus dengan bukti bukan sekedar kata-kata.
Buktinya?
Ah masih sedikit sekali pemahamanku tentang ilmuNya
Masih sedikit sekali kewajiban dan sunnah yang baru dijalani
Masih sedikit sekali  tulisan atau hal-hal kebaikan yang dibagi
Ah bahkan seujungnya debu belum ada sama sekali buktinya

Padahal cintaNya abadi mulia hingga akhir masa untuk hambanya
Buktinya?
Itu paru-paru masih bisa bernafas dengan leluasa
Jantung masih bekerja dengan luar biasa
Suara masih keluar dengan lantangnya
Telinga masih mendengar dengan tajamnya
Tangan dan kaki masih lincah bergerak ke mana saja
Dan Dia menunggu kau buktikan cinta
Tak mengapa walau sedikit saja kau lakukan kebaikan karena Dia
Tak mengapa walau sekitar mengasingkanmu tapi semua demi mengharap ridhaNya
Tak mengapa walau sekitar mencibirmu asal Dia tersenyum di singgasanaNya
Tak mengapa walau sekitar kata kaupun banyak dosa sok suci bla bla bla, Allah kan ada dan lebih tahu segalanya...

Jadi, lakukan saja kebaikan walau sebesar biji zarrah dan biarkan Allah saja yang menilainya
Toh biji zarrah biar kecil ditumpuk terus akan banyak juga pada akhirnya
Jadikan yang "katanya cinta" menjadi " ini lho cinta", tunjukkan hanya padaNya
Tak usah kau pinta penilaian manusia, cukup Allah saja.

Sekian...
Yang tulispun masih banyak kurangnya
Yang tulispun jadikan ini sebagai pengingat diri sendiri saja
Kebenaran hanya milik Allah semata dan saya tempatnya salah tiada terkira
Semoga Allah ampuni saya....

Wassalamualaikum :)