Bismillah
Assalamualaikum...
Terlahir di keluarga muslim, hidup serba berkecukupan. Apa-apa serba cukup. Pangan, sandang, papan, pendidikan, cukup. Hidup lempeng-lempeng saja, kadang bahagia dan terkadang menangisi yang tiada berguna. Berfikir sudah mengerti dunia. Tapi apa kata dunia? Kamu belum belajar apa-apa. glek!
Beberapa waktu lalu, seorang teman selalu bercicitcuit di akun medsosnya tentang mengumpulkan bekal. Waktu itu saya selalu berfikir yang dia maksud dengan mengumpulkan bekal adalah ilmu pengetahuan tentang Islam, karena memang dia juga memegang akun tentang syiar islam kurang lebih begitu.
Kemudian, beberapa minggu terakhir ini, dimulai dari iseng mencari lagu-lagu islami yang berbahasa arab/inggris di medianya mamas yucup, lalu terdampar pada video-video yang bukan lagu sama sekali isinya dan kebanyakan berbahasa inggris. Dengan bahasa inggris terbata-bata coba mengartikan apa isi video-video yang merupakan video dakwahnya para bule pakle sana.
Dari video-video itu, yang awalnya saya fikir hidup sudah berkecukupan, ternyata kosong. Nggak bersyukur ya? Bukan, hanya saja ada bagian yang terasa kosong. Yang saya fikir, saya benar-benar percaya Allah, nol sama sekali. Jika saya percaya Allah, harusnya saya juga percaya bahwa suatu saat nanti akan ada masa di mana saya akan mempertanggung jawabkan apa saja yang sudah saya lakukan di dunia di hadapanNya, harusnya juga persiapkan apa yang akan saya sampaikan pada saat itu. Ini yang dimaksud teman saya dengan "mengumpulkan bekal". Bekal apa yang sudah dipersiapkan jika sampai di hadapanNya? Yang baik kah? Atau keburukan kah?
Ih kok serem sih hari gini ngomong beginian?
Seperti kata bang Andre Taulani, "kiamat sudah dekat bro!"
Lagi-lagi balik ke "bekal apa yang sudah disiapin?" Karena kita tidak akan pernah tahu batas kontrak kita dengan Allah sampai kapan di dunia ini, dan jika ditilik kembali ke masa-masa yang sudah terlewati apakah yang terlihat banyak keburukan atau kebaikan hanya diri sendiri yang bisa menilainya.
Jika saya melihat ke belakang, duh sungguh saya adalah orang yang merugi. Tak punya bekal sama sekali yang bisa dibanggakan. Jadi orang baik "secukupnya". Shalat "secukupnya" tanpa tau makna bacaan shalat itu apa, baca Quran "secukupnya" tanpa memahami Quran itu sendiri pokoknya kelar target wes beres. Kata ustadh Nouman Ali Khan " kamu tidak akan menguap saat shalat jika kamu tahu paham arti bacaan dalam shalat", dan seorang hafizd berkata "kenapa kamu tidak menangis saat membaca Quran?". Padahal pada zaman Rasulullah pernah ada dari kaum Quraisy yang begitu membenci Rasul, yang menantang Rasulullah untuk berdebat dan ketika orang Quraisy itu selesai berbicara, Rasul hanya melafalkan Quran sampai selesai dan orang Quraisy itu menangis mendengarnya dan pergi.
Ya, dari kecil diajari iqro kemudian baca Qurannya, sekarang menghafalnya tanpa tahu arti dan maknanya. Hayo cung, siapa yang juga begitu?? Membaca dan menghafal.
Lalu apa hubungannya dengan bekal tadi?
Hmmm... Jika di dalam Quran termuat semua tentang seluruh aspek kehidupan, lalu kenapa tidak belajar dari isi Quran itu sendiri tentang kehidupan?
Jika paham apa isi Quran, tinggal melakukan sesuai isi Quran tadi. Jika sudah praktek isi Quran, sedang Quran itu adalah perkataan Allah langsung, berarti....???
Bekal apa lagi yang diperlukan jika semua yang kita lakukan sesuai isi Quran?
Bekal apa lagi yang diperlukan jika semua yang kita lakukan sesuai isi Quran?
Tapi Quran itukan bahasa Arab, susah belajarnya!
Allah kata
"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk mengingatKu" (QS 54:17)
Allah sendiri yang kata kan? Masih sulit juga, lanjutkan saja biar Allah yang mudahkan, karena umatnya berusaha untuk mengingatNya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasanya ada yang kurang jika terus-menerus membaca Quran tapi tak paham maksudnya, shalat tapi hanya sekedar kewajiban tanpa memahami apa bacaan yang dibaca. Kenapa tak sekalian memahami? Pasti rasanya akan berbeda sekali ya... Dan terkadang saya marah pada diri sendiri pada saat shalat tapi tak paham apa yang saya baca. Jika kita paham Quran yang merupakan pesan dan mukjizat dari Allah, praktek di kehidupan sesuai Quran, bekal kita saat menghadapNya tercukupi insha Allah. Asal niatnya belajar memahami Quran hanya untuk mengingat Allah semata.
Saya menulis ini bukan berarti saya sudah bisa bahasa Arab, saya mengerti dan sebagainya. Belum, belum ada bahkan sekatapun kosakata Arab yang saya pelajari. Saya menulis ini, untuk mengingatkan diri saya sendiri, dan sebagai penyemangat diri sendiri untuk belajar bahasa Arab yang merupakan bahasa Quran. Karena sungguh setan itu banyak caranya untuk melalaikan, untuk mengalihkan. Sayapun masih suka teralihkan. Dan inilah sebagai pengingat saya jika saya ingin belajar dan QS 54:17 adalah pengingat akan janjiNya. Semoga saya, anda yang membaca, kita bisa mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya saat menghadapNya nanti, insha Allah, salah satunya dengan belajar memahami pesan dan mukjizat dari Allah, Al Quran.
Kebenaran hanya milik Allah semata dan saya adalah gudangnya salah..
Semoga Allah bersedia ampunkan kesalahan saya....aamiin (aamiin kan yaaa...)
Wasalamualaikum....